Doa Berbuka Puasa yang Benar Sesuai Sunnah dalam Hadits Sahih

Berikut ini doa 🤲 berbuka puasa yang benar berdasarkan hadist shahih dan sesuai sunnah 💕, yang di rangkum berdasarkan penjelasan para ulama.
Doa Buka Puasa Sesuai Sunnah

Berpuasa di bulan ramadhan merupakan salah satu ibadah yang wajib dilaksanakan bagi ummat islam. Dimana saat berpuasa, kita di haruskan untuk menahan hawa nafsu, lapar dan haus mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Nah, pada saat terbenamnya matahari, kita diwajibkan untuk membatalkan puasa atau di kenal dengan sebutan "berbuka puasa".

Tapi perlu di ingat bahwa, ada amalan yang perlu di lakukan ketika berbuka puasa. Yaitu dengan mengucapkan doa buka puasa.

Salah satu waktu yang paling mustajab untuk berdoa adalah ketika berbuka puasa, sesuai sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam,

“Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil dan doanya orang yang terzhalimi” (HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah no.1752, Ibnu Hibban no.2405, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi)

Di antara kita, mungkin sudah sangat tau betul dengan doa buka puasa ini. Bahkan sejak kecil sudah di hafalkan.

Namun, apa doa yang kita hafalkan ini sudah benar sesuai sunnah atau belum?.

Bacaan Doa Buka Puasa Berdasarkan Hadits Sahih

Diriwayatkan dari Ibnu Umar Ra bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka puasa beliau mengucapkan,

ذَهَبَ الظَّمَـأُ⸲ وابْــتَلَّتِ العُرُوقُ⸲ وثَــبَتَ الأَجْرُ إِن شَاءَ اللهُ
“Dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru, insyaallah”.
“Telah hilang rasa dahaga, telah basah tenggorokan, dan telah ditetapkan pahala insya Allah.” (HR.Abu Dawud, Daruquthni, Hakim, dan Nasa’i).

Kapan Harusnya Doa Buka Puasa Dibacakan?

Mungkin masih banyak dari kita yang masih bingung, apakah doa berbuka puasa ini dibaca tepat sebelum berbuka atau setelahnya.

Untuk lebih jelasnya, silahkan simak penjelasan ustadz Adi Hidayat berikut ini,

Berdasarkan penjelasan dari ustadz Adi Hidayat di atas, bahwa dalam mengamalkan doa berbuka di atas terdapat 2 pendapat dari para ulama, setidaknya terbagi dalam dua bagian.

1. Jika dilihat Berdasarkan Teks Hadits

Dilihat dari kalimat doa berbuka yaitu “Telah hilang rasa dahaga, telah basah tenggorokan”, ada yang mengartikan bahwa dahaga hilang dan basahnya tenggorokan karena telah minum air.

Jadi ada yang mengamalkan dengan membaca “Bismillah” terlebih dahulu, kemudian minum air, lalu membaca doa berbuka. Selanjutnya kita bisa mencicipi makanan atau beberapa kurma.

Kemudian yang terbaik kita berdoa kembali kepada Allah SWT.

2. Jika dilihat Berdasarkan Maknanya

Bahwa orang yang berpuasa, jika telah dekat atau tiba waktunya berbuka, itu sudah membuat ia merasa dahaganya hilang karena rasa bahagia dan senangnya ia menyambut buka puasa.

Jadi ada yang mengartikan bahwa doa berbuka di baca sebelum berbuka, kemudian ia membaca “Bismillah”, lalu barulah ia menyantap makanan dan minuman yang disajikan.

Kesimpulannya, Bacaan doa berbuka, jika ingin di baca sebelum atau sesudah berbuka, itu tidak masalah.

Yang terpenting gunakan sunnah ini untuk banyak berdoa kepada Allah SWT.

Dan jangan lupa bahwa, doa ini masih pengantar, karena riwayat lain mengatakan bahwa "perbanyak berdoa saat berbuka". Jadi silahkan baca doa berbuka, kemudian selanjutnya perbanyak meminta kepada Allah SWT.

Bagaimana Dengan Doa “Allahumma laka shumtu…”

Nah, banyak juga yang menanyakan hal ini, bukannya doa allahumma laka shumtu yang merupakan doa berbuka yang digunakan sejak dulu?

Lagi-lagi mari simak juga penjelasan dari ustadz Adi Hidayat berikut ini,

Dari video di atas, ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa, doa buka puasa yang “Allahumma laka shumtu”, setelah di teliti, hadits ini sampainya ke tabi'in, dimana hadits yang sampai ke tabi'in di sebut mursal.

Ada juga riwayat lain yang sampainya kepada sahabat Anas bin Malik, karena hadits ini diriwayatkannya banyak.

Namun, di antara yang meriwayatkan itu disinyalir memiliki persoalan, sehingga di beberapa tempat hadits ini dipandang dha'if.

Dha'if di sini, lemah dikarenakan persoalannya, bukan karena redaksinya.

Nah, jika telah mengetahui status haditsnya, bagaimana kemudian memberikan penilaian pada pengamalannya?

Berdasarkan kaidah ilmu hadits yang disepakati para ulama bahwa,

Jika ada suatu hadits, sekalipun dinilai dha'if secara sanadnya, tapi isi haditsnya tidak bertentangan dengan isi al-qur'an, keterangan hadits sahih, dan tidak bertentangan dengan hukum umum lainnya. Maka, isi hadits itu dimasukkan dalam amalan-amalan utama yang boleh diamalkan keutamaannya.

Kesimpulannya, boleh saja membaca doa buka puasa,

اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
“Allahumma lakasumtu wabika aamantu wa’alaa rizqika afthortu”.
“Ya Allah, untuk-Mu atau karena-Mu aku berpuasa, dengan-Mu aku beriman, dan atas rezeki-Mu aku berbuka”.

Yang penting, doa di atas tidak disandarkan pada hadits nabi, dan hanya dianggap sebagai keutamaan-keutamaan amalan saja.

Bahkan boleh menambahkan doa versi masing-masing dalam bahasa indonesia, karena kita di anjurkan untuk memperbanyak doa saat berbuka puasa.

Wallahu a’lam bis-shawab.

OWNER
Senang dengan perkembangan teknologi. Menulis menjadi hal wajib, karena ilmu tidak akan bermanfaat bila di tampung sendiri.